DIY-kabarekspres.id II Pameran Seni Rupa, 1001 Wajah, Jedink Alexander, 01 – 03 Juli 2023, di Water Park Citra Grand Mutiara d/a. Perumahan Citra Grand Mutiara, Jl. Wates, Perengdawe, Balecatur, Gamping, Sleman, D.I. Yogyakarta, Kode Pos 55752.

Rekor Pelukis 1001 Wajah dengan waktu terercepat dan terbanyak se-Indonesia. Pameran Seni Rupa 1001 Wajah, Jedink Alexander akan digelar Sabtu hingga Senin, 1-3 Juli 2023 mendatang. ORI Rekor Indonesia berharap acara rerkor ini bisa menyatukan para pelukis di Indonesia, khususnya Yogyakarta untuk terus berinovasi. Supaya lebih dikenal di Indonesia bahkan manca negara.
Pameran Seni Rupa “Seribu Satu Wajah” Jedink Alexander dikuratori Dr Hajar Pamadi MA Hons dan dibuka Rektor ISI Yogyakarta, Prof Dr Drs Timbul Raharjo M.Hum.
Pada pembukaan akan menampilkan :
1. Happening Art ARUPA Hastabrata (Rina Nikandaru dan Srikandi Pendapa).
2. Performment ONE FACE THOUSAND THOUGHTS (Memet Choirul Slamet dan Agung Gunawan).
3. Mantra Ritus Nusantara (Eko Hand).
4. Memerupa (FZ Endereza).
5. Hiburan Musik Alisa Cute, Bramanti F Nasution, Sukoco Hayat, DONAS Band, Orkes Keroncong (Sakpenake).
Pembawa Acara (Reny Kusuma).
Dalam release yang diterima awak media Kabarekspres, Rektor ISI Yogyakarta, Prof Dr Drs Timbul Raharjo M. Hum mengatakan “Saya melihat Jedink Alexander memiliki hasrat yang kuat pada seni lukis. Karakter pribadi wujud rupa tersebut adalah hasil dari hasrat batin yang dapat diapresiasi, merupakan terobosan baru yang menjadi ciri khas dan perlu dipertahankan karena melukis wajah atau potret tokoh-tokoh.
Selaku Kurator, Dr Hajar Pamadi MA Hons menilai “Wajah” merupakan pusat pengembaraan batin Jedink Alexander yang memberi makna variatif dan konatatif. Secara semantik-pragmatis ditemukan rekonstruksi varietas bahasa alami Jedink; lepas dari gaya, sejarah dan kehidupannya. Wajah yang diangkat oleh Jedink Alexander untuk menunjukkan kekuatan imajinasi; ini dicontohkan seperti dirinya dalam pengembaraan batin dengan: “melihat”, “melihat aspek”, “memperhatikan aspek”, “aspek kebutaan”.
Jedink selain pelukis juga seorang pantomime berimajinasi untuk memperoleh gambaran karakter dan perilaku. Lukisan wajah tidak hanya sebagai lukisan fisik dari objek material, melainkan sebuah objek formal hadir; sehingga lukisan-lukisan itu bagaikan sebuah narasi hidupnya objek, namun ketika divisualkan objek material tersebutr diganggu oleh pengalaman batinnya.
Lukisan-lukisan merupakan konvergensi etika, estetika dan fisiognomi seseorang. Penampilan wajah oleh Jedink Alexander dikategorikan dalam 5 tatanan: wajah adalah sebuah potret seseorang melalui representasi objek material tanpa memandang latar belakang objeknya; wajah adalah visualisasi dari pengembaraan batinnya untuk melihat visi modelnya; karya ini lebih condong kepada impresi makna wajah seseorang; wajah merupakan casting sebuah perjalanan hidup; wajah para artis, pelukis serta tokoh negeri dan agama diangkat untuk memenuhi keanekaragaman persepsi wajah; wajah hadir sebagai bentuk visual dari pengamatan yang tertuang dengan janji estetika, maka karakter dihilangkan untuk memperoleh prinsip visual dan wajah adalah ekspresi emosi psikologis yang mendorong menginisiasi bentuk-bentuk abstraksi wajah. Tatacipta Jedink berimajinasi serta posisinya dalam ekspresi seperti ide Wittgenstein dalam Tractatus Logico-Philosophicus.
Pikiran Jedink ternyata menggunakan logis-positivis untuk menganalisis kenyataan dan idealism seseorang. Kadang proses pembacaan dilakukan dengan menarik inti menuju makna. Tractatus tersebut lebih menekankan pendekatan holistik-praktis sehingga Jedink mampu membaca batin objek materialnya. Representasinya tidak sekedar melihat, melainkan menganalisis dan menerka rasa objek materialnya.
Reporter: Eko Marwanto